Saya adalah mahasiswa bidang komunikasi dan penyiaran Islam, memiliki minat besar pada dunia media dan komunikasi. Saya gemar membaca, terutama buku-buku fiksi, karena dari sana saya belajar memahami berbagai sudut pandang dan menggali inspirasi untuk berkarya.
Aktualisasi Tabayyun di Era Digital: Seleksi Fakta di Tengah Arus Informasi
8 jam lalu
***
Dewasa ini, kita berada di tengah aliran informasi yang sangat deras. Setiap harinya, kita mendapatkan puluhan bahkan ratusan notifikasi, berita, atau video dari media sosial, grup WhatsApp, dan platform digital lainnya. Namun realitanya, tidak semua informasi tersebut akurat. Banyak hoaks bertebaran, berita palsu, atau bahkan pencemaran nama baik.
Sebagian besar hoaks memiliki keterkaitan dengan agama, seperti penafsiran ayat yang keliru, hadis yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, atau tuduhan terhadap individu atau kelompok tertentu. Sementara itu, baik agama maupun ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu tidak mudah percaya sebelum memastikan faktanya.
Dalam Islam, sikap tersebut dinamakan tabayyun. Tabayyun berarti proses mencari atau mengklarifikasi informasi, agar keadaan yang ada dapat dipahami dengan baik. Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Ayat ini menegaskan bahwa sebelum menyebarkan informasi, kita harus melakukan pengecekan terhadap kebenarannya terlebih dahulu. Ini merupakan praktik yang beretika untuk menghindari fitnah dan kesalahan. Dalam hal ini, agama menekankan pentingnya verifikasi sebelum mengambil tindakan.
Di sisi lain, ilmu pengetahuan juga memerlukan verifikasi, pengumpulan informasi, eksperimen ilmiah, dan bukti empiris. Pengetahuan tanpa verifikasi adalah pengetahuan yang tidak memiliki kemampuan untuk membedakan antara kenyataan dan sekadar pandangan atau anggapan semata.
Perpaduan antara agama dan ilmu pengetahuan bukan sekadar teori atau ucapan, namun merupakan kebutuhan utama. Umat Islam harus berfungsi sebagai kelompok yang tidak hanya percaya tetapi juga berpikir secara kritis, tidak hanya taat tetapi juga cermat. Menghindari penyebaran informasi palsu bukan hanya tindakan religius, tetapi juga pendekatan ilmiah.
Dengan demikian, tabayyun merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dalam bermedia. Tabayyun menjadi elemen penting dari identitas keislaman kita di era modern ini. Sebab pada dasarnya, agama yang tidak didukung oleh ilmu dapat menjadi rentan terhadap kepercayaan yang tidak berdasar. Sementara ilmu yang tidak memiliki nilai dapat kehilangan tatanan moral.
Agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan beriringan agar umat Islam dapat bermedia dengan penuh tanggung jawab, berpikir kritis, dan tetap berpegangan pada ajaran kebenaran sesuai Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam konteks ajaran Islam, nilai profetik berfungsi sebagai panduan moral saat kita menggunakan media dan berhadapan dengan informasi. Pertama, shiddiq (jujur) menuntut kita untuk selalu bersikap transparan dan menyebarkan kebenaran. Sikap ini telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw., sehingga dikenal dengan julukan “al-Amin” atas integritasnya.
Kedua, amanah (dapat dipercaya) diartikan sebagai kewajiban moral atas informasi yang kita sebarkan. Jika kita mempublikasikan data yang keliru, maka kita telah mengkhianati amanah tersebut. Ssalah satu solusi yang dapat diterapkan adalah sikap tabayyun ketika menerima informasi serta menjaga bahasa saat berinteraksi di media digital.
Ketiga, fathonah menuntut kita untuk memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan dalam berpikir kritis sehingga mampu menilai struktur pesan dan kredibilitas sumber sebelum mereka membagikan konten. Keempat, tabligh mendorong kita untuk menyampaikan kebaikan dan fakta setelah melakukan verifikasi terhadap informasi, namun dengan cara yang sopan dan tidak menyakiti pihak lain.
Hal tersebut sejalan dengan hadis Nabi Muhammad saw., “Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melaksanakannya,” (HR. Abu Dawud). Maka, nilai-nilai profetik ini saling melengkapi dalam membentuk sikap bermedia yang beretika dan terhormat.
Mari kita jadikan platform media sosial sebagai ladang pahala, bukan tempat maksiat bersama. Gunakan tangan kita untuk menyebarkan kebaikan, bukan kebohongan. Seperti yang disampaikan Rasulullah : “Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka sebaiknya ia berbicara dengan yang baik atau memilih untuk diam,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan menerapkan tabayyun dalam dunia digital, kita menjalankan ajaran agama dengan bijaksana dan membantu membentuk masyarakat yang beradab. Agama dan pengetahuan tidaklah dua hal yang terpisah, melainkan dua kekuatan yang akan mengantar kita menuju peradaban yang lebih sehat, adil, dan beretika di zaman digital saat ini.
Mari kita melakukan tabayyun, sebab di situlah pertemuan antara iman dan akal, antara agama dan ilmu, serta antara perkataan dan tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Nasoha, A. M. M., Atqiya, A. N., Thohir, H. K., Ramadhani, N. A., & Sabilaa, R. A. (2025). Etika komunikasi dalam Islam: Analisis terhadap konsep tabayyun dalam media sosial. ALADALAH: Jurnal Politik, Sosial, Hukum dan Humaniora, 3(2), 224–232. https://ejurnalqarnain.stisnq.ac.id/index.php/ALADALAH.
Parhan, M., Jenuri, & Islamy, M. R. F. (2021). Media sosial dan fenomena hoax: Tinjauan Islam dalam etika berkomunikasi. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 59–80. http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/cjik.
Purnairawan, R. E., & Anfasa, M. F. (2024). Implementasi Cross-Curricular Learning untuk meningkatkan literasi di sekolah dasar berbasis agama. Nusantara Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(4), 1169–1185. https://journal.rumahindonesia.org/index.php/njpi/index.
Sinaga, H. A. B., & Azhar, A. A. (2025). Literasi media sebagai solusi tabayyun berita hoax di media sosial pada mahasiswa FDK. MUKASI: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(2), 464–475. https://journal.yp3a.org/index.php/MUKASI.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler